Pendidikan karakter menjadi salah satu isu penting dalam dunia pendidikan, terutama di Indonesia yang kaya akan budaya dan tradisi. Salah satu tempat yang berperan dalam pembentukan karakter generasi muda adalah pondok pesantren. Penelitian yang dilakukan oleh Arifin et al. (2022) di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lobar menawarkan wawasan menarik mengenai bagaimana pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai budaya lokal.

Latar Belakang

Pondok pesantren telah lama dikenal sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk karakter santri. Di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi, penting bagi pesantren untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang menjadi identitas mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana Pondok Pesantren Nurul Hakim mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis budaya, serta peran Tuan Guru dalam proses tersebut.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, Arifin dan rekan-rekannya menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang diteliti. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan Tuan Guru, ustaz, dan santri, serta observasi non-partisipatif terhadap kegiatan sehari-hari di pondok pesantren. Analisis data dilakukan dengan pendekatan induktif, yang menekankan pada penggalian makna dari data yang diperoleh.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter di Pondok Pesantren Nurul Hakim berlangsung secara simultan antara santri, Tuan Guru, ustaz, dan lingkungan sekitar. Lima nilai karakter utama yang diajarkan kepada santri, sesuai dengan Panca Jiwa Pesantren, meliputi:

1. Keikhlasan: Santri diajarkan untuk melakukan segala sesuatu dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan.
2. Kesederhanaan: Hidup sederhana menjadi salah satu prinsip penting yang ditanamkan dalam diri santri.
3. Kemandirian: Santri didorong untuk mandiri dalam berpikir dan bertindak.
4. Ukhuwah Islamiyah: Persaudaraan antar sesama santri sangat ditekankan untuk menciptakan lingkungan yang harmonis.
5. Kebebasan Terbatas: Santri diajarkan untuk memahami batasan-batasan dalam berperilaku.

Karakter-karakter ini tidak hanya diajarkan melalui teori, tetapi juga diterapkan dalam praktik sehari-hari di pondok pesantren. Interaksi antara Tuan Guru dan santri menjadi kunci utama dalam proses pembelajaran ini.

Kesimpulan

Pendidikan karakter berbasis budaya di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lobar menunjukkan bahwa integrasi nilai-nilai lokal dalam pendidikan dapat menghasilkan generasi muda yang tidak hanya berpengetahuan luas tetapi juga memiliki karakter yang kuat. Melalui keteladanan Tuan Guru dan interaksi yang berkelanjutan dengan lingkungan, santri dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki kepribadian baik dan mampu menghadapi tantangan zaman.

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa pondok pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai budaya lokal. Dengan demikian, penting bagi semua pihak untuk mendukung keberlanjutan pendidikan karakter berbasis budaya di pesantren sebagai upaya membangun generasi masa depan yang lebih baik.

Referensi

Arifin, B., Imron, A., Supriyanto, A., & Arifin, I. (2022). Pendidikan karakter berbasis budaya pada pondok pesantren nurul hakim kediri lobar. Cendekia: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan Pendidikan, 2(4), 73-88.

Dr. Bustanul Arifin, M.Pd

Praktisi dan Dosen Pendiddikan Agama Islam Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *