Marham Jupri Hadi, Pemerhati Literasi

Aktivitas menulis merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari kita, sehingga sulit rasanya terlepas darinya. Kegiatan menulis ini tidak hanya dilakukan oleh seorang pelajar, mahasiswa, guru, maupun dosen, tetapi juga oleh para ibu rumah tangga, sopir, pedagang, serta pengusaha besar. Seorang ibu rumah tangga, misalnya, perlu menulis daftar belanjaan sebelum pergi ke pasar, dan seorang pengusaha juga perlu menulis rancangan usahanya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa “Facebookers are writers.”

Jadi, menulis bukanlah hal yang baru bagi kebanyakan orang, terutama bagi mahasiswa yang setiap hari bergelut dengan dunia kata tersebut. Oleh karena itu, label “penulis” seharusnya tidak diberikan hanya kepada orang-orang tertentu, seperti pengarang buku saja. Kata benda dari menulis adalah penulis atau tulisan. Sebutan menulis sebaiknya diberikan kepada semua orang yang melakukan kegiatan itu, terlepas dari apakah itu menjadi profesi mereka atau sekadar bagian dari aktivitas sehari-harinya. Apakah Anda setuju dengan saya?

Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda untuk menulis. Ada yang menulis agar bisa menjalankan aktivitas sehari-hari mereka secara lebih terkontrol, seperti ibu rumah tangga tadi. Ada juga yang menulis karena itu sudah menjadi tanggung jawabnya, seperti seorang wartawan yang harus menuliskan berita-berita terkini baik untuk kepentingan majalah maupun koran. Sedangkan seorang guru harus menulis rencana pembelajaran sebelum ia mengajar. Ada juga orang yang menulis untuk mengisi waktu luang mereka.

Saya pun memiliki alasan mengapa saya memilih untuk menulis. Saat ini, saya menulis karena ada suatu “inspirasi” yang perlu saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Sejujurnya, saya merasa tidak nyaman jika belum mengeluarkan atau memperjelas ilham tersebut dalam tulisan.

Menulis juga bertujuan sebagai bentuk pengungkapan perasaan, misalnya bagi seseorang yang sedang mengalami jatuh cinta atau patah hati. Orang tersebut mungkin tidak memiliki teman untuk mencurahkan rasa hatinya yang sedang berbunga-bunga asmara atau yang mungkin terbelenggu cemburu buta. Tulisan bisa menjadi salah satu cara baginya untuk melepaskan rasa rindu atau kebenciannya, sehingga ia merasa lebih lega. Ada yang menuliskan perasaannya melalui diary, dan ada pula yang memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Twitter untuk menuangkan pikirannya.

“Writing is another way to uncover your own truth.”

Perasaan yang diwujudkan dalam tulisan bisa berbentuk macam-macam. Misalnya, seorang penyair dapat mengungkapkan beban jiwa yang dialaminya dalam syair panjang atau lirik lagu, sehingga tanpa sadar ia telah menjadi seorang komposer atau pengarang lagu serta sastrawan.

Tanpa kita sadari, kegiatan menulis ini telah memberikan banyak manfaat bagi penulis, bukan hanya dalam bentuk kepuasan batin, tetapi juga meningkatkan status sosial karena buku-buku yang ditulisnya dikenal oleh banyak orang. Banyak yang tidak menyadari bahwa popularitas mereka lahir dari konsistensinya dalam menulis.

Pegiat di bidang ini juga mendapatkan keuntungan secara material, misalnya dalam bentuk royalti dari tulisan yang telah diterbitkannya. Terpenting lagi, melalui tulisan seseorang bisa memiliki pengetahuan yang lebih luas, melatih logika agar lebih tajam dan terarah, meningkatkan kepekaan sosial, menjadikan diri lebih bijaksana, serta memperbanyak teman, seperti yang dilakukan oleh para Facebookers.

Maka, mengapa kita tidak menggeluti dunia menulis ini? Toh, manfaatnya jauh lebih terasa setelah kita mengalaminya ketimbang hanya memikirkannya. Selamat menulis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *