Menginspirasi di Ujung Timur Lombok
Hari ini adalah sebuah petualangan yang tak terlupakan, dipenuhi dengan keajaiban dan inspirasi. Mengapa demikian? Karena kegiatan wisata pendidikan ini membawa saya ke desa Perigi, di sisi timur pulau Lombok, yang dikenal dengan Rumah Adat Limbungan yang menawan. Saya tersihir oleh panorama sawah hijau yang terhampar di perbukitan, berpadu indah dengan suasana pesisir yang seolah menjadi gerbang antara daratan dan lautan. Namun, yang paling menggugah hati saya adalah pertemuan dengan seorang pimpinan madrasah yang luar biasa, yang kisah kehidupannya mampu memberikan inspirasi dan pelajaran berharga bagi setiap orang yang berjumpa dengannya.

Kepemimpinan Sejati: Menginspirasi Melalui Ketulusan
Setiap individu diberikan potensi luar biasa oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin di dunia ini, sebagai khalifah fil ardi. Dengan amanah yang begitu besar, kita dituntut untuk terus belajar dan memahami makna sejati dari kepemimpinan. Ketika seseorang dapat memimpin dengan bijak dan memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekelilingnya, maka ia akan menjadi pemimpin yang tidak hanya dihormati, tetapi juga menginspirasi.
Kisah Inspiratif Pak Syukron
Salah satu kisah yang sangat menginspirasi datang dari Bapak Syukron, S.Pd.I., kepala Madrasah Aliyah Hikmatussafar NW Limbungan, yang terletak di lereng tenggara Gunung Rinjani. Pada hari Selasa, 11 Maret 2025, saya berkesempatan mengunjungi madrasah ini dan mendengar langsung perjalanan beliau dalam merintis pendidikan di daerah yang jauh dari pusat kota Kabupaten Lombok Timur.
Pak Syukron memulai madrasah ini dengan modal tabungan uang sertifikasi gurunya selama dua bulan, yang hanya berjumlah Rp 4.500.000. Modal tersebut terasa sangat terbatas untuk membangun sebuah institusi pendidikan. Sebagai seorang guru, gajinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam keadaan penuh keterbatasan, muncul sebuah pertanyaan besar dalam pikirannya: “Bagaimana mungkin aku bisa membangun madrasah?”
Semangat yang Tak Padam
Keyakinan Pak Syukron pada kekuasaan Allah SWT, Sang Maha Pengasih dan Penyayang, mendorongnya untuk melangkah demi kebaikan. Ia percaya bahwa Allah tidak akan memberikan rasa malu kepada hamba-Nya yang berkeinginan berbuat baik. Dengan semangat itu, ia mulai berkeliling dari satu madrasah ke madrasah lainnya untuk belajar dan mendengar kisah teman-teman kuliahnya yang telah sukses dalam membangun institusi pendidikan masing-masing.
Dalam perjalanan tersebut, ia menyadari bahwa membangun madrasah bukan hanya tentang modal finansial atau intelektual, melainkan juga tentang modal spiritual. Keyakinan, keikhlasan, dan konsistensi (istiqomah) menjadi tiga pilar penting dalam perjuangannya. Modal spiritual ini menjadi energi yang membantunya berlayar melalui badai tantangan menuju pelabuhan harapannya. Inspirasi awalnya berasal dari gurunya, Tuan Guru Kyai Hajji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang dikenal sebagai pahlawan nasional asal NTB dan Bapak Pendiri Madrasah.
Pilar Kepemimpinan
Ketulusan Pak Syukron dalam membangun madrasah semata-mata demi meraih ridho Allah menjadi pilar penting dalam perintisan pendidikan ini. Ia meyakini bahwa jika tujuan membangun madrasah bertumpu pada keuntungan finansial atau pencarian status sosial, maka kekecewaan besar akan menghadang perjuangannya.
Konsistensi atau istiqomah merupakan prinsip kedua yang dipegang teguh oleh Pak Syukron. Meskipun banyak orang di desanya meragukan, bahkan tidak memberikan dukungan, ia tetap optimis bahwa usahanya akan mendapatkan bantuan dari Allah SWT. Tanpa henti, ia mendidik para santri dan mengundang tuan guru setiap bulan untuk memberikan pembelajaran agama bagi masyarakat desanya. Berkat dedikasi dan perjuangannya, madrasah Pak Syukron kini telah menjadi salah satu pusat pendidikan masyarakat yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga mencerminkan semangat pengabdian kepada gurunya, Sang Maulanasyaikh.
Refleksi dan Inspirasi
Kisah inspiratif ini berlanjut, dan seiring perkembangan madrasahnya, perjuangan Pak Syukron terus menawarkan pelajaran berharga bagi kita semua. Kita diajak untuk merenungkan apa makna kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana kita dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitar kita, meskipun dalam keterbatasan.
Mari kita refleksikan: Apakah kita siap untuk menjadi pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada proses dan niat yang tulus?
Penulis: Marham Jupri Hadi, Pelancong Wisata Pendidikan