Bubus Andernyawe adalah ramuan obat tradisional khas masyarakat Sasak di Desa Pejanggik, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Ramuan ini tidak hanya dipakai sebagai obat untuk berbagai penyakit, tetapi juga sarat nilai spiritual, ekologis, dan filosofis. Bubus Andernyawe diramu dari berbagai tanaman lokal dan prosesnya dijalankan penuh makna, jauh dari penggunaan alat modern. Namun, seiring berkembangnya zaman dan dominasi sistem kesehatan modern, tradisi ini mulai terpinggirkan. Generasi muda semakin jauh dari pengetahuan nenek moyang, bahkan banyak yang tidak lagi mengenal tanaman obat di sekitarnya.

Sebagai upaya pelestarian, mahasiswa dan Dosen PBSI FKIP Universitas Nahdlatul Wathan Mataram melalui program PKM PBSI JAYA (Jelajah Budaya) mendokumentasikan warisan budaya ini. Mereka melakukan wawancara dengan salah satu tetua adat, Inaq Murne, yang menjelaskan bahwa Bubus Andernyawe diwariskan turun-temurun dan diproses secara tradisional dengan penuh ketulusan. Bahan utamanya adalah tanaman Andernyawa yang langka, hanya tumbuh di pegunungan Rinjani dan harus dipetik dengan tata cara khusus. Proses peracikan ramuan dilakukan pada hari Jumat dengan disertai pembacaan doa dan penggunaan cobek batu, yang dipercaya menjaga esensi dan kesakralan ramuan.

Manfaat Bubus Andernyawe tak hanya untuk fisik—mengobati demam, sesak napas, luka, dan gangguan energi negatif—tetapi juga menenangkan hati dan menjernihkan pikiran. Cara pemakaiannya fleksibel: bisa diminum, dioles, atau dijadikan air mandi sesuai kebutuhan. Kearifan lokal ini membuktikan adanya harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas dalam tradisi Sasak.

Melalui program PKM PBSI JAYA, pelestarian tidak hanya sebatas pendokumentasian, tapi juga edukasi, refleksi, serta partisipasi mahasiswa bersama masyarakat. Pelibatan generasi muda dalam proses ini menghidupkan kembali kecintaan terhadap akar budaya, sekaligus mengangkat peran penting para perempuan adat. Dengan kegiatan ini, Bubus Andernyawe berpeluang tetap hidup, dihargai, dan diwariskan sebagai kekayaan budaya bangsa.

Catatan: Isi tulisan ini diambil dari Essai berjudul “Bubus Andarnyawe: Meracik identitas Sasak Dalam Segenggam Tradisi” karya Siti Syarina Dias Agustian Suriatun Hasanah A.Abdan Syakur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *