
Mempelajari sejarah, terutama sejarah lokal, sangat penting untuk memahami masa kini dan melestarikan warisan budaya kita. Dengan mempelajari masa lalu, kita dapat memahami kompleksitas masyarakat, politik, dan budaya kita saat ini. Pengetahuan sejarah yang ada di desa kita, misalnya, memungkinkan kita membuat keputusan berdasarkan informasi dan beradaptasi dengan perubahan keadaan. Sejarah juga membantu kita mengembangkan pemikiran kritis, analisis, dan evaluasi bukti, yang penting untuk mengembangkan opini dan membuat keputusan. Selain itu, pembelajaran tentang sejarah lokal dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki di antara penduduk desa, meningkatkan toleransi dan penerimaan.
Dengan mempelajari sejarah lokal, kita juga dapat mengembangkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan warisan budaya dan melindungi lingkungan. Kita dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan menghindari mengulanginya, sehingga meningkatkan rasa tanggung jawab. Selain itu, mempelajari sejarah lokal dapat membantu kita mengembangkan rasa identitas dan rasa memiliki terhadap komunitas kita, serta meningkatkan rasa bangga terhadap warisan budaya kita. Dengan memahami perjuangan dan pencapaian nenek moyang kita, kita dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk meneruskan warisan mereka dan berupaya menuju masa depan yang lebih baik.
SMK Al-Majidiyah NW Kesik Lombok Timur, yang didampingi oleh FKIP Universitas Mataram, melakukan inovasi pembelajaran sejarah yaitu dengan mengintegrasikan kegiatan berwisata di dalamnya. Kegiatan tersebut dikenal dengan Wisata Pendidikan. Pada hari kamis, 22 Agustus 2024, para peserta Wisata Pendidikan (WIKAN) menjelajahi berbagai situs situs-situs sejarah yang ada di Desa Kesik. Sebelum berangkat, para peserta terlebih dahulu diberikan briefing oleh Guru selaku pemandu wikan.
Lokasi pertama yang dituju adalah Kantor desa Kesik yang terdapat sebuah Kentungan (kul-kul-Sasak) yang bertuliskan tahun “Tri Komando Rakjat dengan angka tahun 19-12- 1961. Menurut penuturan pak Andre (Guru Sejarah/ Pemandu) di zaman perang kentungan dipukul untuk mengumpulkan massa, pemberitahuan adanya bahaya dan persiapan untuk mulai perang. Di tempat tersebut para peserta tidak hanya mendengarkan penjelasan tentang sejarah kentungan tersebut, mereka juga ditugaskan untuk mengukur diameter, tinggi dan lubah tengah dari kentungan tersebut.