
Keterlibatan dalam sebuah kegiatan sosial sangatlah penting, terutama bagi para remaja. Hal itu bisa menumbuhkan rasa berbagi dan menyuburkan semangat untuk saling tolong menolong.
“Yang Penting Terlibat, Bukan Terlihat” – Restu
Itulah salah satu Quote atau “kalimat sakti”yang terucap spontan dari salah satu siswa PKL dari SMKN 1 Sikur di Beruga’Alam School yang juga sedang mengikuti Kelas Nulistrasi “menulis, ilustrasi dan animasi”. Ungkapan tersebut begitu saja terlontar darinya tanpa dia pernah memikirannya sebelumnya. Kami bertanya darimana dia mendapatkan inspirasi sehingga kalimat super keren tersebut. Dia hanya mengatakan bahwa kalimat tersebut datang begitu saja dipikirinnya. Mungkin inilah yang disebut dengan ilham. Alhamdulillah.
Sore itu kami sedang berdiskusi mengenai konsep perspektif dan fokus dalam dunia ilustrasi, photography dan videography. Kami mencoba berdialog dengan para calon illustrator muda tersebut tentang apa yang mereka pahami dengan istilah perspektif dan fokus. Si Lintar (sapaan akrabnya Itong) mengatakan perspektif adalah sudut pandang. Kami hanya menambahkan bahwa perspektif adalah apa yang tampak dari sudut kita memandang sebuah objek. Jika kita memandang dari depan, maka yang tampak adalah sisi depan dari objek tersebut. Pun dengan sisi lainnya.
Adapun dengan istilah fokus kami menawarkan pemahaman kepada mereka bahwa fokus itu merupakan titik yang menjadi perhatian utama. Apa yang menjadi titik perhatian utama terhadap satu objek akan menjadi bagian yang paling tampak dengan jelas. Konsep fokus ini sudah diterapkan sangat lama dalam teknologi kamera dan dunia photography. Seorang kameramen ataupun fotografer akan menfokuskan kameranya pada satu titik tertentu jika tujuannya adalah ingin menarik perhatian orang kepada titik yang ia kehendaki.
Ketika sedang berdikusi dengan khusus, tiba-tiba segerombolan ayam datang mendekat. Ternyata mereka terpancing oleh sisa makanan yang ada dibawah di dalam panic ricecooker yang terletak di bawah pohon belimbing. Kamipun secara reflek mengarahkan semua siswa untuk menfokuskan perhatian kepada ayam yang sedang asyik menikmati butir-butir nasi yang tersisa dalam panci tersebut. Lalu kami bertanya tentang perspektif dan fokus kepada mereka sambal mencoba merekam aktivitas ayam-ayam tersebut.
Aldo, salah seorang siswa, tiba-tiba nyeletuk “pak siapa punya ayam itu, kita sembelih ya?”. Kamipun menyampaikan bahwa itu adalah ayam tetangga. Fokus perhatian Aldo ternyata pada lezatnya daging ayam kampung kalau dicicipi, apalagi kalau dibakar jadi ayam bakar. Ternyata pertanyaan yang terungkap dari Aldo menunjukkan fokus perhatiannya. Titik fokus perhatiannya dipengaruhi oleh rasa lapar yang sedang dialaminya. Dari hal tersebut kamipun mengajak siswa kembali berdialog dan menyampaikan bahwa perspektif dan fokus setiap orang berbeda-beda tergantung dari kondisi mereka masing-masing.
Diskusi santai di atas beruga terus berkembang kemana-mana seperti orang terus berjalan tanpa menemukan jalan buntu yang akan memberhentikan perjalannya. Kamipun mengarahkan mereka untuk semakin memahami konsep fokus dan perspektif dalam hal memaham masalah kehidupan sehari-hari. Kami menyampaikan kepada setiap orang memiliki perspektif dan fokus yang bervariasi atas sebuah permasalahan yang terjadi. Misalnya masalah anak yang broken home, dimana kedua orang tuanya bercerai. Semakin banyak perspektif yang dimiliki seseorang tentang masalan anak broken home, maka semakin bijak dia akan menyikapi perilaku anak tersebut.
Waktu terus bergulir dan tidak terasa kami sudah duduk di Beruga’ lebih dari dua jam. Waktu sholat asyarpun tiba. Diskusipun kami akhiri dan masing-masing peserta bersiap-siap untuk sholat sebelum mereka pulang ke rumah-masing masing. Kamipun bergiliran sholat asyar. Setelah sholat ashar kami teringat dengan Beruga’ tempat kami sholat tersebut yang rencananya ingin kami geser sedikit agar lebih mepet dengan tembok. Semua anak PKL beserta mentor kami panggil untuk mencoba menggeser Beruga tersebut. Ternyata dengan jumlah yang cukup banyak, kami berhasil memindahkan beruga tersebut.
Sebelum memindahkannya, kami meminta Aldo untuk mendokumentasikan kebersamaan tersebut dengan meminjam HP miliknya Itong. Tujuannya adalah untuk menangkap moment sacral yang mungkin tak akan terulang kembali. Kami memintanya untuk memastikan bahwa semua siswa tertangkap kamera. Setelah Beruga’ berhasil dipindahkan kami kemudian memeriksa hasil tangkapannya dan ternyata ada beberapa siswa yang tidak muncul. Kamipun meminta kepada siswa yang belum tertangkap kamera agar pura-pura acting di dekat beruga’ seolah-olah sedang memindahkannya. Ternyata Restu dan yang lainnya menganggap itu tidak perlu.
Kamipun tidak memaksanya untuk kembali berpose karena kami menyadari bahwa mereka merasa itu tidak terlalu penting untuk menunjukkan keterlibatnnya dalam gotong royong di depan kamera. Ketika Restu ditanya kenapa dia tidak mau berpose, dia menjawab “Tidak penting terlibat, yang (lebih) penting terlihat”. Ungkapan bijak ala Restu menyentak kesadaran kami dan menyetujuinya begitu saja. Itulah perspektif seorang restu. Itupula yang menjadi fokusnya.
Inilah cerita dibalik dua istilah sakti sore kamis tanggal 24 Juli di Beruga’ Alam School yang terlontar dari hati seorang murid sekolah alam. Selamat berlibur akhir pekan Guys.
© 2022 All Rights Reserved.